Penangkapan modern bukan sekedar proses hukum; itu potensi konten viral. Di Amerika, pelanggaran kecil—mengebut, berkeliaran—dapat menyebabkan rekaman dari kamera tubuh polisi muncul di YouTube atau TikTok, sehingga ditonton jutaan kali. Subjek mungkin tidak menyadari hal itu terjadi hingga berbulan-bulan kemudian, dan menghapus video tersebut seringkali tidak mungkin dilakukan.
Sudut internet yang khusus namun masif ini beroperasi seperti ruang berbasis algoritme lainnya. Saluran seperti Code Blue Cam (10 juta+ penayangan per video, total lebih dari satu miliar) dan Midwest Safety (1,5 miliar+ penayangan) mendominasi lanskap ini, bersama dengan lusinan nama serupa: “Body Cam Watch”, “PoliceActivity”, dan bahkan saluran yang diwakili oleh agensi influencer tradisional. Orang-orang sudah panik ketika penangkapan mereka diunggah, dan beberapa pengguna Reddit melaporkan serangan kecemasan atas kemungkinan penghinaan digital permanen.
Cara Kerja: Prosesnya sederhana. Saluran memperoleh rekaman melalui permintaan rekaman publik, mengeditnya secara minimal (terkadang dengan narasi AI), dan mengunggahnya. Video biasanya menampilkan orang-orang dalam keadaan mabuk yang berteriak, menolak penangkapan, atau ditangkap karena pelanggaran ringan… namun video tersebut juga menyertakan rekaman kejahatan yang lebih serius. Wajah jarang diburamkan, orang yang melihatnya sering kali terlihat, dan detail seperti nama sangat bervariasi. Beberapa saluran memberikan hasil peradilan; yang lainnya tidak.
Masalah intinya bukan hanya privasi; ini adalah keseimbangan antara akses publik dan rasa malu yang parah. Rekaman kamera tubuh polisi dapat mengungkap pelanggaran, sehingga membuat transparansi menjadi berharga. Namun kenyataannya sebagian besar konten bersifat seram, memalukan, dan sering kali melibatkan pelanggaran ringan. Pertanyaannya bukan apakah rekaman video harus dipublikasikan tetapi bagaimana mencegah eksploitasi demi keuntungan.
Bangkitnya Kamera Tubuh & Rekaman Terbuka
Perkembangan kamera tubuh dimulai pada tahun 2012, meningkat setelah penembakan Ferguson pada tahun 2014 ketika pemerintahan Obama mengalokasikan $75 juta untuk departemen lokal. Pada tahun 2023, lebih dari 80% petugas memakai kamera, sehingga menciptakan arsip rekaman yang luas dan mudah diakses. Rekaman ini diperoleh melalui undang-undang transparansi negara bagian, namun prosesnya tidak sama.
Departemen-departemen secara rutin menunda atau menyunting rekaman yang mungkin menunjukkan pelanggaran, dan dengan sigap merilis rekaman penangkapan warga biasa. Pemirsa YouTube lebih menyukai konten sensasional, sehingga pelanggaran ringan mendominasi saluran tersebut. Hal ini menciptakan insentif yang buruk: departemen kepolisian tidak menolak permintaan yang menunjukkan sisi positifnya.
Sejarah Panjang Penghinaan di Depan Umum: Tren ini bukanlah hal baru. “Galeri Mugshot” merupakan produk clickbait selama bertahun-tahun, dan situs web “terbitkan untuk membayar” masih ada, memeras orang untuk menghapus foto penangkapan mereka. Bahkan acara TV tahun 1990-an Cops menggunakan model serupa, menggambarkan penangkapan dengan sedikit konteks dan seringkali berfokus pada komunitas yang terpinggirkan. Saluran kamera tubuh modern hanyalah evolusi digital dari pola ini.
Kelemahan Sistem
Departemen kepolisian kewalahan dengan permintaan pencatatan, seringkali membutuhkan waktu berjam-jam untuk meninjau dan menyunting rekaman. Beberapa negara bagian kini mengenakan biaya untuk akses, sehingga lebih menguntungkan saluran yang dimonetisasi dibandingkan jurnalis. Negara-negara terjebak dalam kebuntuan, memperdebatkan peraturan yang lebih ketat sekaligus menahan rekaman jika terjadi pelanggaran.
Electronic Frontier Foundation (EFF) berpendapat bahwa rekaman apa pun yang menggambarkan pelanggaran polisi harus dapat diakses tanpa biaya yang tidak masuk akal. Wajah warga sipil harus diburamkan kecuali mereka adalah tokoh masyarakat, dan rekaman yang tidak melakukan pelanggaran harus tunduk pada penilaian privasi yang dipimpin oleh pengadilan. Penerapan hal ini memerlukan lebih banyak dana untuk pengadilan dan kepolisian… namun alternatifnya adalah sistem yang memprioritaskan hiburan dibandingkan akuntabilitas.
Intinya: Monetisasi rekaman kamera tubuh polisi menyoroti sistem yang rusak. Transparansi tanpa pengamanan berubah menjadi voyeurisme, dan kepentingan publik sering kali dikorbankan demi klik. Pertanyaannya bukanlah apakah rekaman tersebut harus dipublikasikan, namun bagaimana mengatur perilisannya untuk mencegah eksploitasi. Sampai saat itu tiba, penangkapan virus akan tetap menjadi kenyataan yang menguntungkan dan tidak etis.




















































