Bertahan dari Ketidaknyamanan Sosial: Mengapa Kecanggungan Bukanlah Kegagalan Pribadi

0
20

Makan malam Thanksgiving, pertemuan keluarga, acara di tempat kerja… ini semua adalah tempat berkembang biaknya rasa canggung. Namun, banyak orang menganggap ketidaknyamanan sebagai kelemahan pribadi, dan percaya bahwa mereka hanya “buruk dalam bersosialisasi”. Filsuf Alexandra Plakias berpendapat bahwa hal ini pada dasarnya salah: kecanggungan bukan tentang manusia; ini tentang situasi. Hal ini muncul ketika aturan-aturan sosial yang tak terucapkan dilanggar, sehingga kita harus berimprovisasi tanpa naskah yang jelas.

Plakias, penulis Awkwardness: A Theory, membahas mengapa momen-momen mengerikan ini patut mendapat perhatian filosofis dan bagaimana kita dapat mengubah hubungan kita dengannya. Ide intinya? Kecanggungan bukanlah masalah “Anda”; ini masalah “kita”.

Ilusi “Orang Canggung”

Orang sering menyebut diri mereka canggung, tetapi ini adalah diagnosis yang salah. Kecanggungan terjadi ketika interaksi tidak memiliki isyarat, peran, atau naskah sosial yang jelas. Beberapa orang mungkin kesulitan membaca sinyal sosial, sehingga menimbulkan ekspektasi yang tidak selaras. Orang lain mungkin hanya merasa minder dan terlalu menganalisis setiap gerakan. Namun tidak ada yang menjelaskan mengapa kecanggungan itu terjadi.

Kuncinya adalah bahwa sikap saling menyalahkan dapat mengaburkan masalah sebenarnya: ekspektasi yang tidak selaras di antara orang-orang. Daripada mencap seseorang sebagai orang yang canggung, sadari bahwa situasinya sendirilah yang menciptakan perselisihan.

Ketakutan dan Rasa Milik: Akar Ketidaknyamanan

Kecanggungan terkait erat dengan ketidakpastian. Anda tidak tahu bagaimana orang lain memandang Anda atau aturan sosial mana yang berlaku. Ketidakpastian ini terkait dengan kecemasan sosial, di mana orang-orang menggunakan “Saya canggung” sebagai penolakan untuk menurunkan ekspektasi. Namun, ketakutannya tidak selalu tentang kecanggungan itu sendiri, melainkan menciptakan kecanggungan.

Kita menghindari untuk angkat bicara, melakukan intervensi, atau menantang tindakan yang salah karena kita takut mengganggu keharmonisan sosial. Misalnya, pasca-#MeToo, beberapa pria mengaku menghindari pelecehan untuk mencegah konfrontasi yang canggung. Hal ini menunjukkan betapa ketidaknyamanan dapat melebihi kewajiban moral. Pada akhirnya, kecanggungan adalah tentang rasa memiliki – rasa takut dianggap sebagai orang yang “membuatnya aneh.”

Rasa ngeri vs. Kecanggungan: Waktu Itu Penting

Rasa ngeri berbeda dari kecanggungan dalam satu hal utama: waktu. Kecanggungan terjadi pada saat Anda kesulitan menavigasi suatu interaksi. Rasa ngeri muncul kemudian, saat Anda memutar ulang adegan tersebut dan tubuh Anda menegang dalam kengerian retrospektif.

Kita mengasosiasikan keduanya karena kita sering mengartikan kecanggungan sebagai hal yang memalukan, karena percaya bahwa hal itu mengungkapkan jati diri kita. Namun jika Anda mengubah kecanggungan sebagai akibat dari situasi, bukan kesalahan pribadi, rasa ngeri akan berkurang.

Pemicu Umum: Canggung Sehari-hari

Kecanggungan terwujud dalam berbagai cara: toilet tamu tersumbat, tanpa sengaja mengirimkan pesan memalukan ke obrolan grup, atau interaksi berpelukan dan jabat tangan yang menakutkan. Bahkan ucapan selamat tinggal yang sederhana di pesta pun bisa terasa canggung, karena Anda bertanya-tanya apakah harus mengucapkan selamat tinggal atau tidak, dan jika ya, bagaimana caranya.

Percakapan ringan adalah pemicu utama lainnya. Meskipun ini berfungsi sebagai alat sosial, menandakan kesopanan, hal ini menjadi canggung ketika isyarat nonverbal tidak ada – perhatian orang lain terganggu, memalingkan muka, atau berdiri terlalu jauh.

Biaya untuk Menghindari Ketidaknyamanan

Menghindari kecanggungan membutuhkan pengorbanan. Kita kehilangan koneksi yang tulus dan menghindar dari percakapan penting. Duka adalah contoh nyata: banyak orang menghindari orang yang sedang berduka karena takut mengatakan hal yang salah, sehingga membuat orang yang berduka merasa terisolasi.

Membingkai Ulang Kecanggungan: Sebuah Jalan ke Depan

Tujuannya bukan untuk menghilangkan kecanggungan sepenuhnya. Beberapa ketidakpastian adalah hal yang sehat, memaksa kita untuk merenung sebelum melakukan kesalahan pada skrip yang berbahaya. Sebaliknya, kita harus mengubah cara kita menghadapinya.

Plakias menyarankan:

  • Akui ketidakpastian secara terbuka: “Saya tidak yakin apa yang biasanya kami lakukan di sini. Apa yang Anda sukai?”
  • Perjelas prioritas: Ketahui tujuan Anda sebelum terlibat dalam situasi yang mungkin canggung.
  • Paparkan diri Anda secara bertahap: Semakin Anda menoleransi ketidaknyamanan tanpa menimbulkan bencana, semakin sedikit kekuatan yang dimilikinya.

Kecanggungan bukanlah tanda kegagalan; ini adalah bagian yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan sosial. Menyadari hal ini dapat membebaskan kita untuk menghadapi momen-momen tidak nyaman dengan lebih anggun dan autentik.