Komisi Komunikasi Federal (FCC) memberikan suara 2-1 pada hari Kamis untuk menghilangkan persyaratan keamanan siber bagi perusahaan telepon dan internet besar AS. Keputusan ini, yang didorong oleh mayoritas FCC dari Partai Republik, membalikkan aturan yang sebelumnya diadopsi oleh pemerintahan Biden yang bertujuan untuk mengamankan jaringan telekomunikasi dari akses yang melanggar hukum. Langkah ini dilakukan di tengah kekhawatiran yang sedang berlangsung mengenai spionase dan pengawasan yang dilakukan oleh kelompok peretas yang didukung Tiongkok.
Aturan yang Terbalik dan Peretasan Terbaru
Peraturan yang dihapuskan tersebut mengamanatkan bahwa operator telekomunikasi mengambil langkah nyata untuk melindungi jaringan mereka dari intersepsi komunikasi yang tidak sah. Tindakan ini menyusul terungkapnya kampanye peretasan selama bertahun-tahun, yang dijuluki “Salt Typhoon”, yang menyusupi lebih dari 200 perusahaan telekomunikasi AS, termasuk raksasa industri seperti AT&T, Verizon, dan Lumen. Para peretas berfokus pada pengawasan skala luas terhadap pejabat Amerika dan, dalam beberapa kasus, menargetkan sistem penyadapan telepon yang digunakan untuk penegakan hukum.
Pemilihan waktu pengambilan keputusan ini sangat penting karena akan melemahkan pertahanan sementara ancaman tetap aktif. Pembatalan FCC menunjukkan adanya prioritas pada fleksibilitas industri dibandingkan upaya perlindungan keamanan nasional. Peraturan sebelumnya dirancang untuk memastikan tingkat perlindungan dasar, terutama mengingat meningkatnya ancaman dunia maya dari aktor-aktor yang disponsori negara.
Reaksi Anggota Parlemen dan Industri
Keputusan FCC langsung menuai kritik dari anggota parlemen Partai Demokrat. Senator Gary Peters, anggota senior Komite Keamanan Dalam Negeri Senat, menyatakan kekecewaannya atas pembatalan “perlindungan dasar keamanan siber.” Senator Mark Warner, dari Komite Intelijen Senat, berpendapat bahwa perubahan tersebut membuat AS tidak memiliki rencana yang layak untuk mengatasi kesenjangan keamanan yang dieksploitasi oleh kelompok-kelompok seperti Salt Typhoon.
Sementara itu, NCTA, yang mewakili industri telekomunikasi, menyambut baik langkah tersebut, dan menyebut peraturan awal “preskriptif dan kontraproduktif.” Hal ini menyoroti ketegangan mendasar antara pengawasan peraturan dan penolakan industri terhadap biaya kepatuhan.
Batasan Kerja Sama Sukarela
Komisaris FCC Anna Gomez, satu-satunya anggota panel Demokrat, tidak setuju dengan pemungutan suara tersebut. Gomez memperingatkan bahwa mengandalkan kerja sama sukarela dengan perusahaan telekomunikasi tidaklah cukup tanpa adanya standar yang dapat ditegakkan.
“Perjanjian jabat tangan tanpa kekuatan tidak akan menghentikan peretas yang disponsori negara…Perjanjian jabat tangan tidak akan mencegah pelanggaran berikutnya.”
Pernyataannya menggarisbawahi kenyataan bahwa kelompok peretas yang didukung negara beroperasi dengan tekad yang kuat, dan keamanan siber membutuhkan lebih dari sekadar niat baik. Kurangnya penegakan hukum menciptakan lingkungan di mana kerentanan masih belum terselesaikan, sehingga jaringan tetap terekspos.
Keputusan untuk mencabut peraturan ini menimbulkan pertanyaan tentang prioritas FCC dan komitmennya untuk melindungi infrastruktur penting. Dengan memprioritaskan preferensi industri dibandingkan keamanan nasional, badan ini secara efektif menurunkan standar keamanan siber di saat ancaman secara aktif mengeksploitasi kelemahan jaringan telekomunikasi AS.




















































